Topik
: Sehat Tanpa Rokok itu Keren
MEROKOK
ITU KEREN?
“Perilaku
merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan dari 2007 ke
2013, cenderung meningkat dari 34,2 persen tahun 2007 menjadi 36,3 persen tahun
2013. 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen perempuan masih menghisap rokok
tahun 2013. Ditemukan 1,4 persen perokok umur 10-14 tahun, 9,9 persen perokok
pada kelompok tidak bekerja, dan 32,3 persen pada kelompok kuintil indeks
kepemilikan terendah. Sedangkan rerata jumlah batang rokok yang dihisap adalah
sekitar 12,3 batang......”
Data yang dikutip dari
Riskesdas 2013 ini cukup memprihatinkan, mengingat sebagian perokok tersebut adalah
para remaja, generasi muda penerus bangsa. Dikutip dari laman coconuts.co, Menteri Kesehatan
menyatakan bahwa data terbaru menunjukkan 1/3 dari jumlah populasi rakyat
Indonesia adalah perokok, dimana 20%-nya merupakan remaja berusia 13–15 tahun. Meskipun
sudah ada berbagai kebijakan sebagai upaya promotif dan preventif untuk
mereduksi perilaku merokok seperti larangan pembelian rokok untuk mereka yang berusia
di bawah 18 tahun, namun penerapannya belum sesuai ekspektasi. Perokok-perokok
baru masih terus bermunculan.
Faktor yang melatarbelakangi
seseorang menjadi perokok sangat kompleks dan beragam. Salah satunya adalah adanya
persepsi bahwa merokok itu sesuatu yang modern dan keren. Hal ini sesuai dengan
teori Brigham (1991), menurutnya perilaku merokok bagi para remaja adalah sebagai
suatu simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap
lawan jenis. Adanya keinginan akan pengakuan tersebut sedikit banyak juga dipengaruhi
oleh kekuatan branding perusahaan-perusahaan
rokok. Mereka semakin mengukuhkan standar “merokok itu keren” melalui
visualisasi iklan yang ditampilkan maupun dari event-event yang diselenggarakan.
Melihat fenomena tersebut, tampak
ada miskonsepsi mengenai kriteria keren di mata remaja masa kini. Menurut KBBI,
keren diartikan sebagai “tampak gagah dan tangkas”. Jika dikaitkan dengan
definisi tersebut, semboyan “merokok itu keren” menjadi agak blunder. Keren
ditinjau dari sisi mana? Kalau para remaja itu ingin penampilannya prima secara
fisik, kok tidak berolahraga saja? Padahal
sudah jelas kegiatan itu memberikan manfaat nyata. Tetapi yang terjadi malah
sebaliknya, mereka menempuh jalan penuh kemudharatan
bagi diri sendiri maupun orang lain yaitu merokok!
Sudah banyak penelitian
mengenai dampak merokok jangka panjang terhadap kesehatan. Penyakit jantung,
pneumonia, kebutaan, stroke, kanker, dan berbagai macam komplikasi lainnya yang
akan mengintai para pecandu rokok. Menariknya, tidak sedikit perokok yang sudah
mengetahui hal ini, namun karena dampak tersebut tidak langsung terasa dan
terlihat, maka banyak yang tidak mempedulikannya. Kenyataan ini memang lucu. Logikanya,
wong yang bergaya hidup sehat saja masih
berpeluang terkena penyakit, lha kok ini
malah sengaja memasukkan racun ke dalam tubuh? Mungkin mereka juga sudah kebal
dengan himbauan dan peringatan melalui kampanye antirokok. Seperti dikutip dari
laman www.staffs.ac.uk, disebutkan
bahwa kampanye yang berfokus pada efek negatif rokok terhadap penampilan
dinilai lebih “mengena” dibanding kampanye yang berfokus pada persoalan
kesehatan.
Sesungguhnya jika para remaja
perokok tetap bersikukuh dengan idealisme “merokok itu keren”, lambat laun hal
tersebut dapat menjadi bumerang bagi diri mereka sendiri. Faktanya, menurut
Chauhan dkk. (2013), dalam jangka panjang merokok dapat menyebabkan gigi kuning/berkarat,
nafas bau, bibir menghitam, kulit kusam dan kering, timbulnya kerutan di wajah
dan efek samping lain yang akan merusak penampilan dan jauh dari kata keren. Itulah
kenyataan pahit dibalik tagline dan image kekinian yang lantang
digembar-gemborkan selama ini. Jadi sungguh merugi para perokok itu. Niat hati
ingin tampil kece, tetapi ujungnya
malah kecelik.
Jika demikian lalu apa arti
keren sesungguhnya? Keren itu ya hidup sehat tanpa merokok. Pepatah latin mengatakan
bahwa “mens sana in corpore sano”, yang
artinya “di dalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang sehat”. Hal ini logis karena manusia dapat berkarya dan berpikir
jernih, serta melakukan hal-hal positif yang bermanfaat jika memiliki tubuh yang
sehat. Kesemuanya itu akan sulit bahkan hampir mustahil dicapai jika yang
terjadi sebaliknya. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika generasi muda mulai menerapkan
gaya hidup sehat tanpa rokok karena efek yang ditimbulkan akan memiliki dampak
luas dalam jangka waktu panjang.
Hidup tanpa rokok itu sudah
terbukti keren, karena ada banyak manfaat yang akan diperoleh bagi siapa saja
yang mengamalkannya. Paling tidak, faktor risiko untuk mengalami
penyakit-penyakit degeneratif sudah berkurang satu. Minimalisasi faktor risiko
lain dapat dilakukan dengan menerapkan kebiasaan positif lain seperti
berolahraga rutin, mengatur pola makan, dan sebagainya. Hidup tanpa rokok juga berarti akan
mengurangi peluang timbulnya hal-hal yang mengganggu penampilan seperti yang
disebutkan di atas. Menyenangkan bukan?
Tidak
merokok juga berarti menghargai dan menyayangi sesama. Sebaliknya, akan ada
banyak orang yang dirugikan akibat terkena paparan asap dari rokok yang kita
hisap, terutama jika kita merokok di tempat publik. Sudah menjadi pengetahuan
umum bahwa mereka akan menjadi perokok pasif yang menanggung risiko kesehatan
lebih besar dibanding dengan perokok aktif. Tidak merasa berdosakah kita?
Sudah saatnya kita terutama
para pemuda untuk memperbaharui mindset tentang
konsep hidup keren dan kekinian. Sudah saatnya kita sebagai warga negara yang
baik mendukung pemerintah, salah satunya dengan menerapkan program Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Sudah saatnya kita sebagai penerus bangsa, membuka
pikiran dan wawasan serta menanamkan idealisme bahwa tubuh dan jiwa yang sehat
adalah kunci kebahagiaan.
Memang tidak mudah untuk
memulai suatu kebiasaan baru karena banyak godaan dan tantangan. Diperlukan tekad
dan komitmen yang kuat serta dukungan dari lingkungan sekitar terutama keluarga
dan orang-orang terdekat. Dalam suatu perubahan menuju kebaikan, kadang kita harus
melakukannya dengan paksaan dan pengorbanan yang membutuhkan proses panjang. Yang perlu diingat adalah tidak ada kata terlambat
untuk melakukan hal baik, terutama untuk hidup sehat tanpa rokok. Mulailah dari
diri sendiri, mulai dari sekarang! Jika tidak, akan ada penyesalan yang datang mengintai
dari belakang.
Referensi :
Brighma, C.J. (1991).
Social Psychology. Boston : Harper
Coliins Publisher Inc.
Chauhan, V., Sharma,
R., Thakur, S. (2013). Tell-tale signs of a chronic smoker. Letter to editor, Lung India, 30 (1) :
79-81. DOI : 10.4103/0970-2113.106125
Http://kbbi.co.id/arti-kata/keren
diakses pada tanggal 18 Mei 2017 pukul
18.04 WIB
Http://www.staffs.ac.uk/news/never-mind-your-health-smoking-is-bad-for-your-looks..-tcm4220905.jsp
diakses pada 18 Mei 2017 pukul 20.18 WIB
Https://coconuts.co/jakarta/news/indonesian-health-minister-warns-countrys-smoking-epidemic-threatens-national-health-insurance-program/
diakses pada tanggal 17 Mei 2017 pukul 21.20 WIB
Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas). (2013). Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.