Monday, October 31, 2016

Bligo Lagi

Feed blog saya untuk beberapa waktu ke depan mungkin masih mengulas tentang kebligo-bligoan dan akan terbagi menjadi beberapa part. Hehehe. Kali ini saya cuma mau sharing dikiiittt aja. 
Jadi dulu saya mendapat tawaran dari dosen pembimbing untuk mengajukan hak paten pembuatan minuman probiotik berbasis sari buah plus formulasinya ke LPPM. Memang menggiurkan ya kalo dipikir-pikir. Asik banget bisa dapet royalti kalo ada yang make produk kekayaan intelektual kita. Tapi kemudian saya menolak. Alasannya apaaa? Yang jelas lebih dari satu.
Minuman sakti yang bakal bikin kamu happy

Pertama adalah teknik pembuatan minuman tersebut adalah modifikasi dari penelitian sebelumnya yang serupa. Ya memang sih kalau untuk formulasinya itu murni dari eksperimen saya pribadi (dengan bimbingan dari dosen dan masukan dari teknisi laboratorium tentunya hehehe). Kedua, hal tersebut agak berseberangan dengan visi-misi hidup saya. Hahaha. Bahasanya berat yaaa. Intinya sebagai pengagum Nikola Tesla dan Dr. Jonas Salk, sepertinya saya tidak perlu mematenkan produk kekayaan intelektual yang "remeh temeh" seperti itu. Bukan tidak menghargai diri sendiri sih. Tapi akan ada kepuasan tersendiri jika apa yang saya buat bisa bebas digunakan oleh masyarakat luas. Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain? Saya sama sekali tidak khawatir jika karya saya mau diplagiasi atau diklaim orang lain. Yang udah tertanam di hati adalah, lebah tak akan menyengat duluan kalau nggak diganggu. Tentu kalau ada klaim, saya akan bereaksi.
Mungkin karena saya masih menjadi manusia bebas yang (belum) memiliki ambisi untuk berkuasa atau menjadi ternama, idealisme saya masih menang. Tapi nggak akan yang tau hari esok bagaimana. Hahaha. Tidak ada garansi saya akan tetap demikian, karena saya hanya seorang hamba dari Sang Pembolak-Balik Hati. Saya hanya berdoa dan berusaha agar hati saya diteguhkan pada kebenaran. Aammiinn.
Akhir kata, could you patent the sun?

Thursday, October 13, 2016

B L I G O !

Pertemuanku dengannya sebenarnya sudah lama, sejak aku duduk di bangku taman kanak-kanak. Aku mengenalnya karena ia tumbuh subur di kebun belakang rumah nenek. Aku kagum melihat penampakan luarnya, terlihat tangguh tapi menggiurkan sama halnya seperti beberapa anggota keluarganya yang lain. Biasanya, nenek menjadikannya sebagai sayur pelengkap pada masakan bernama jangan bobor. Rasanya hambar, sama seperti hati Siti Nurbaya saat harus menerima perjodohan dengan Datuk Maringgih. Sejujurnya, aku tidak begitu mengidolakannya atau sekedar menyukainya pun tidak, namun bukan berarti aku juga membencinya. Saat itu, perasaanku netral padanya.
Menginjak usia belasan, tak lagi kutemukan sosoknya di kebun belakang rumah nenek. Tapi beruntungnya, banyak tetanggaku yang masih merelakan sebagian jengkal tanah di kebunnya untuk dia tempati. Sebenarnya selama masa remaja itu aku mulai acuh dengannya, karena kupikir PR Matematika lebih membutuhkan space lebih dari otakku. Aku bahkan sudah mulai melupakannya!
Akhirnya setelah beberapa waktu berlalu, di benakku kembali terbayang kenangan-kenangan bersamanya lalu kuputuskan untuk menjadikannya sebagai pemeran utama dalam naskah drama (penuh air mata) berjudul SKRIPSI. Tak kusangka dia sangat apik membawakan perannya sebagai agensia pembawa probiotik, sehingga aku mulai jatuh cinta pada sosoknya.
Setaun lebih, bahkan hampir dua tahun aku ternyata belum bisa move on darinya. Sembari mengisi waktu luang dan mengobati kerinduan, akhirnya aku diberi kesempatan oleh produser untuk menulis kembali skenario drama dengan judul berbeda. Kini aku mendapuknya sebagai sumber alternatif serat pangan dalam bentuk selulosa putih yang dihasilkan oleh A.xylinum. Lagi dan lagi, dia membuatku kagum! Dia masih tetap menjadi pelaku utama yang berbakat! Tak salah kalau aku berharap banyak padanya. Sungguh tak salah.
Di akhir tulisan ini, aku berharap aku bisa tetap mendapuknya menjadi lakon pada setiap naskah drama lain yang ingin aku tulis. Semoga masih ada kesempatan dan semoga tetap ada produser yang mau membiayai dramaku. hehehehe.