Yogyakarta, 24 Mei 2012
Besok,
aku berpisah dengan kakakku. Berpisah dengan sahabatku. Berpisah dengan
mbak Fanny. Berpisah, mungkin untuk selamanya. Aku sangat sedih. Tapi inilah
kenyataan yang harus kuhadapi.
Aku dan Mbak Fanny |
Mbak Fanny chinese dan katholik. Aku jawa dan Islam. Kami berbeda etnik dan keyakinan. Tapi kami memiliki banyak kesamaan. Kami memiliki banyak kecocokan. Kami bersahabat karib!
Mbak
Fanny adalah mahasiswa yang cerdas. IPK-nya selalu di atas 3,75 meskipun dia
memiliki segudang kegiatan di kampusnya. Menjadi asisten praktikum, ikut
penelitian dosen, menjadi panitia berbagai acara, menjadi volunteer di LSM, dan
masih banyak lagi kegiatan yang ia jalani. Aku kagum padanya.
Mbak
Fanny adalah jebolan dari salah satu SMA terbaik di Jakarta, dia jago bahasa
Inggris, dia jago menulis. Aku kagum padanya.
Mbak
Fanny adalah sosok kakak idamanku. Aku banyak memetik pelajaran hidup yang
berharga darinya. Perjuangan keras, kebesaran hati, tanggung jawab, ketekunan, kesahajaan,
kesungguhan, kejujuran, keteguhan pada prinsip, dan bahkan kesetiaan. Aku
mengaguminya.
Mbak
Fanny adalah kakak terbaik. Dia selalu membantuku. Membantu dalam semua hal. Selalu
ada saat aku butuh. Saat aku senang, saat aku susah, semua kubagi dengannya,
dan dia selalu ada. Dia selalu peduli denganku. Bukan cuma denganku, dengan
semua teman kos, dengan semua orang. Aku berhutang banyak padanya. Berhutang kebaikan,
dan aku belum sempat membalasnya.
Mbak
Fanny besok pulang ke Jakarta, setelah tanggal 22 Mei kemarin diwisuda
dengan menyandang predikat cumlaude. Mungkin mbak Fanny tidak akan balik lagi kesini. Mungkin aku tidak bisa ketemu lagi dengannyaselamanya. Tidak ada lagi teman ngobrol seru
sampai tengah malam, tidak ada lagi orang yang menasehati aku tanpa menggurui,
tidak ada lagi teman curhat sewaktu-waktu, tidak ada lagi orang yang
mengajariku membuat essay dan paper yang bagus, tidak ada lagi konsultan yang
selalu membangkitkan semangatku, tidak ada lagi orang yang selalu mengantarku kesana
kemari, tidak ada lagi suara khas cempreng yang selalu memanggilku, tidak ada
lagi suara lagu-lagu klasik dari sebelah kamarku, tidak ada lagi teman yang sama-sama
penggila kwetiau pak dokdok dan mie ayam pak kemi, tidak ada lagi teman yang
mengajakku wisata kuliner, tidak ada lagi orang yang ……………………………Tidak ada
seorangpun yang bisa menggantikanmu mbak!
Ah mbak Fanny, malam ini aku benar-benar sedih. Aku akan
sangat kesepian di kos ini.
Mbak semoga
aku bisa mengikuti jejak suksesmu, semoga aku bisa meneladani semua kebaikanmu.
Semoga kamu sukses mbak. Semoga apa yang kamu cita-citakan tercapai.
Mbak Fanny, jangan lupakan aku ya mbak, karena aku tidak
akan pernah melupakanmu. Aku akan merindukanmu, mbak :')
Fanny memang sangat baik sama sahabat-sahabatnya. Fanny juga memang kelewatan luar biasa rajinnya, sejak jaman di Santa Ursula dulu, dia sudah sering bergadang demi tugas sekolah dan tidur di sekolah. Orangtuanya memang menekannya agar Fanny menjadi seseorang yang mandiri. Banyak hal yang bisa dipelajari dari teman kita satu ini.
ReplyDeleteTerima kasih udah nulis tentang Fanny.
:)
DeleteIya, bagi saya mbak Fanny memang orang yang luarbiasa dan sangat menginspirasi. Terimakasih sudah mampir dan menyempatkan komen. Salam kenal dari saya :)